Sabtu, 12 Desember 2009

Dinamika masyarakat dan kebudayaan

Sosiologi mutakhir berkeyakinan bahwa tidak pernah ada masyarakat dan kebudayaan yang statis ( diam tanpa bergerak seperti mayat dalam anatomi ) . Bagaimanapun keadaannya , masyarakat dan kebudayaan itu selalu mengalami perubahan . Apalagi dengan diakuinya dinamika itu sebagai inti jiwa masyarakat , maka dalam masyarakat selalu akan menghadapi perubahan – perubahan social yang akan dapat pula menimbulkan perubahan kebudayaan . Sebagai contoh misalnya , perubahan dari masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern . Selain perubahan – perubahan social terdapat pula perubahan dalam sarana dan alat komunikasi transportasi , norma – norma yang tidak sesuai diganti dengan yang sesuai ,
pola hidup tidak sehat dirubah menjadi pola hidup sehat.
Di dalam kehidupan sehari – hari , sering kali tidak mudah untuk menentukan letaknya garis pemisah antara perubahan social dengan perubahan kebudayaan , karena sukar untuk menentukan garis pemisah antara masyarakat dengan kebudayaan . Penyebabnya antara lain tidak ada satupun masyarakat yant tidak mempunyai kebudayaan , sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat dan kedua gejala tersebut merupakan hubungan timbal balik sebagai sebab dan akibat

Guna memperoleh pemahaman yang mendasar materi Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan , Stratifikasi Sosial dan Kepercayaan dan agama sebagai kekuatan dalam kehidupan masyarakat perlu kiranya kita ungkap kembali batasan sosiologi menurut selo soemardjan dan soelaiman soemardi .

Sosiologi atau ilmu masyarakat ialah ilmu yang mempelajari struktur social dan proses – proses social , termasuk perubahan  social dalam masyarakat.

Struktur social adalah keseluruhan jalinan antara unsur  – unsur social yang pokok , yaitu :
Kaidah – kaidah social ( norma – norma social ). Lembaga – lembaga social , kelompok – kelompok serta lapisan – lapisan social.

    Proses social adalah pengaruh timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama , umpamanya pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan segi kehidupan politik , antara segi kehidupan hukum dan segi kehidupan agama , antara segi kehidupan agama dan segi kehidupan ekonomi , dll.

    Perubahan – perubahan social adalah segala perubahan -  perubahan pada lembaga – lembaga kemasyaraktan did lam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya , termasukk nilai – nilai , sikap – sikap dan pola – pola perikelakuan diantara kelompok – kelompok dalam masyarakat.

    Di samping batasan sosiologi tersebut , ruang lingkup sosialnya kiranya sangat perlu untuk diingat kembali.
Aguste Comte membagi ruang lingkup ( scope ) sosiologi dalam 2 bagian yaitu pergaulan hidup bagian yang statika dan pergaulan hidup bagian yang dinamis.
1.    Bagian yang statika membahas dasar – dasar pergaulan hidup , antara lain : manusia sebagai makhluk social , kaidah – kaidah social dan kebudayaan manusia , kelompok – kelompok social.
2.    Bagian yang dinamika mambahas hukum – hukum perubahan masyarakat antara lain   : proses dan perubahan social , masalah penduduk , pathologi social , krisis – krisis.
Jika ditarik garis pemisah terhadap perubahan social dan perubahan kebudayaan maka dapat dijelaskan bahwa :
-    Perubahan social  yang terjadi dalam Persekutuan hiduyp itu dapat terjadi pada proses social dan struktur social dari suatu masyarakat.
-    Perubahan kebudayaan : dapat dijelaskan bahwa kebudayaan itu terdiri dari beberapa unsur yang apabila unsur – unsure tersebut di padukan akan merupakan kebudayaan material dan kebudayaan non material . Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan dinamikanya tidak sama , ada yang cepat dan ada yang lambat. Perubahan kebudayaan sealu membawa akibat yang positif dan negative mengingat bahwa dalam proses perubahan itu ada segolongan masyarakat yang mendapat manfaat dan  guna , dan ada golongan lain yang mengalami kerugian . Oleh karena itu , sebagian dari anggota masyarakat yang merasakan keuntungan dari perubahan itu akan mendorongnya , sedangkan golongan lain yang dirugikan akan menghambatnya.
Perubahan – perubahan yang menimbulkan kemajuan biasanya dinamakan evolusi , sebaliknya apabila perubahan – perubahan itu menimbulkan kemerosotan dan atau kemunduran disebut degenerasi

EVOLUSI MASYARAKAT  DAN  KEBUDAYAAN
Perubahan – perubahan social dan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat dapat terjadi secara lambat dan cepat.
EVOLUSI :
Perubahan – perubahan yang memerlukan waktu yang lama , yang di dalamnya terdapat suatu rentetan perubahan – perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat , disebut EVOLUSI. Pada evolusi , perubahan – perubahan terjadi dengan sendirinya , tanpa suatu rencana ataupun kehendak tertentu. Perubahan – perubahan tersebut terjadi oleh karena usaha – usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri  dengan keperluan – keperluan , keadaan – keadaan dan kondisi – kondisi baru yang timbul sejalan dengan perubahan – perubahan tersebut , tidak perlu sejalan dengan rentetan peristiwa – peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.
Beberapa pandangan teori tentang evolusi masyarakat :
•    Unilinear theopies of evolution.
o    Manusia dan masyarakat ( termasuk kebudayaannya ) mengalami perkembangan sesuai dengan tahapan – tahapan tertentu , semula dari bentuk sederhana , kemudian bentuk yang koimpleks sampai pada tahap yang sempurna
o    Masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap  - tahap perkembangan yang merupakan lingkaran , dimana pada suatu tahap tertentu dapat dilalui berulang – ulang.
o    Masyarakat berkembang melalui tahap – tahap yang masing – masing didasarkan pada suatu sistim kebenaran . Dalam tahap pertama dasarnya kepercayaan , kedua indera manusia , dan tahap terakhir kebenaran.

•    Universal theory of evolusion
o    Perkembangan masyarakat tidaklah perlu melalui tahap – tahap tertentu yang tetap
o    Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
o    Masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogeny ke kelompok yang heterogen sifat dan susunannya.

•    Multilined theories of evolution
o    Lebih menekankan pada penelitian – penelitian terhadap tahap – tahap perkembangan yang tertentu dalam evolusi masyarakat.
Revolusi :
Perubahan – perubahan yang cepat yang mengenai dasar – dasar atau sendi – sendi pokok daripada kehidupan masyarakat ( yaitu lembaga – lembaga kemasyarakatan ) lazimnya disebut REVOLUSI d dalam revolusi , perubahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih dahulu maupun tanpa rencana.
Ukuran kecepatan suatu perubahan dalam revolusi , sifatnya relative , sebab suatu revolusi dapat memakan waktu lama , seperti revolusi industry yang dimulai di inggris , terjadi perubahan perubahan dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi dengan menggunakan mesin perubahan tersebut dianggap cepat , karena merubah sendi – sendi pokok kehidupan masyarakat ,seperti sistim kekeluargaan ,hubungan antara buruh dengan majikan dan seterusnya.



KEPERCAYAAN  DAN AGAMA  SEBAGAI  KEKUATAN DALAM  KEHIDUPAN MASYARAKAT

KEPERCAYAAN :
Kepercayaan berasal dari kata percaya , artinya mengakui atau meyakini akan kebenaran . Kepercayaan adalah hal – hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran .Kebenaran adalah dasar kepercayaan.

JENIS KEBENARAN :
-    KEBENARAN SAINS PALSU :
Artinya mirim sains tapi bukan sains , setengahnya memang hasil pengamatan dan pengalaman , setengahnya lagi merupakan dugaan , imajinasi , kepercayaan atau mitos.

-    KEBENARAN LOGIS ( KEBENARAN OBJEKTIF )
Yaitu persesuaian antara tahu dan objek yang diketahui ( cita – cita manusia )

-    KEBENARAN SUBJEKTUF ( KEBENARAN ETIS )
Yaitu persesuaian antara putusan dengan keyakinan yang mengatakan.

-    KEBENARAN MUTLAK , HAKIKI , ABSOLUT :
Yaitu kebenaran agama atau Tuhan Yang Mahaesa




MACAM  KEPERCAYAAN :
-    KEPERCAYAAN PADA DIRI SENDIRI
Percaya pada diri sendiri , menganggap dirinya tidak salah , dirinya menang , dirinya mampu mengerjakan yang diserahkan atau dipercayakan kepadanya. Percaya pada diri sendiri pada hakekatnya percaya pada Tuhan yang maha esa. Kepercayaan ini perlu ditanamkan pada setiap pribadi manusia.

-    KEPERCAYAAN KEPADA ORANG LAIN :
Percaya kepada orang lain dapat berupa percaya kepada saudara , orang tua , guru , atau siapa saja , yaitu percaya terhadap kata hatinya , perbuatan yang sesuai dengan kata hati , atau terhadap kebenaran . Ingat ucapan “ Orang itu dipercaya karena ucapannya”

-    KEPERCAYAAN KEPADA PEMERINTAH :
o    Pandangan theokratis :
 Negara itu berasal dari Tuhan , Tuhan langsung memerintah dan memimpin bangsa manusia , atau setidak – tidaknya Tuhan adalah pemilik Kedaulatan sejati , karena semua adalah ciptaan Tuhan
o    Pandangan demokratis :
Mengatakan bahwa kedaulatan adalah dari rakyat , di satu sisi rakyat disamakan dengan Negara dan di sisi lain rakyat tidak disamakan dengan Negara , tetapi menjadi sumber kedaulatan sepenuhnya.

-    KEPERCAYAAN KEPADA SUATU KEKUATAN YANG DIANGGAP LEBIH TINGGI DARI KEKUATAN MANUSIA :
Kepercayaan ini erat kaitannya dengan asal mula dan inti Religi atau agama.
Agama merupakan suatu institusi penting yang mengatur kehidupan manusia , istilah agama merupakan terjemahan dari kata religion yaitu suatu istilah yang ruang lingkupnya lebih luas daripada istilah agama yang digunakan pemerintah NKRI , yang hanya mencakup agama yang diakui pemerintah ( Katolik , Protestan , Islam , Hindu , Budha , Kong Hu chu ) istilah religion mencakup selain agama – agama tersebut juga mencakup :
o    Fetishism :
Ialah bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan akan adanya jiwa dalam benda – benda tertentu ; dan yang terdiri dari aktivitas – aktivitas keagamaan guna memuja benda – benda berjiwa itu.
o    Animism :
Ialah bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan bahwa di dalam sekeliling tempat tinggal manusia diam berbagai macam ruh , dan yang terdiri dari aktivitas – aktivitas keagamaan guna memuja ruh – ruh tadi.
o    Animatism :
Bukan suatu bentuk religi , melainkan suatu system kepercayaan bahwa benda – benda dan tumbuh – tumbuhan di sekeliling manusia itu berjiwa dan bias berpikir seperti manusia  , kepercayaan itu tidak untuk mengakibatkan aktivitas – aktivitas keagamaan guna memuja benda – benda atau tumbu – tumbuhan tadi , tetapi animtism bias menjadi unsur dalam religi – religi lain
o    Prae – animism :
Ialah bentuk religi – religi lain yang berdasarkan kepercayaan kepada kekuatan sakti yang ada dalam segala hal yang luar biasa dan terdiri dari aktivitas – aktivitas keagamaan yang berpedoman kepada kepercayaan tersebut. Kadang – kadang religi juga disebut dynamism.
o    Totemism :
Ialah bentuk religi yang ada dalam masyarakat yang terdiri dari kelompok – kelompok kekerabatan yang unilineal , dan berdasarkan kepercayaan bahwa kelompok – kelompok unilineal tadi masing – masing berasal dari dewa – dewa nenek moyang , yang satu dengan yang lain juga berhubungan kekerabatan : dan terdiri dari aktivitas – aktivitas keagamaan guna pemujaan  dewa – dewa nenek moyang tersebut , dan guna mempererat kesatuan dalam kelompok unilineal sendiri – sendiri ( totem ) berupa sejenis binatang , tumbuh – tumbuhan , gejala alam , atau benda yang melambangkan dewa – dewa nenek moyang.
o    Polytheism :
Yaitu bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu system yang luas dari dewa – dewa dan terdiri dari upacara – upacara guna memuja dewa – dewa tadi.
o    Monotheism :
Yaitu bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu dewa Tuhan , dan yang terdiri upacara – upacara guna memuja dewa atau Tuhan tadi.
o    Mystic :
Adalah bentuk religi yang berdasarkan kepercayaan kepada satu Tuhan yang dianggap meliputi segala hal dalam alam , dan system keagamaan ini terdiri dari upacara – upacara yang bertujuan mencapai kesatuan dengan Tuhan.

Dalam kenyataannya tidak pernah ada suatu masyarakat yang seluruh penduduknya menganut hanya satu jenis bentuk religi diatas . Bentuk – bentuk religi tersebut hanya merupakan unsur – unsur yang selalu akan tampak tercampur dan terjalin erat dalam aktivitas – aktivitas keagamaan dalam masyarakat misalnya bentuk religi yang dianut pada suatu masyarakat secara jasmaniah bersifat monotheisme , namun dalam kenyataannya mengandung pula unsur- unsur politeisme , animism , atau pre – animism dan kadang – kadang juga mistik tersebut.

DEFINISI AGAMA :
Agama ialah suatu jenis system social yang dibuat oleh penganut – penganutnya yang berporos pada kekuatan – kekuatan nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyrakat luas pada umumnya.
Agama disebut jenis system social , menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena social , suatu peristiwa kemasyarakatan , suatu system social dapat dianalisis , karena tediri atas suatu kompleks kaidah dan peratuaran yang dibuat saling berkaitan dan terarahkan kepada tujuan tertentu.
Agama berporos pada kekuatan – kekuatan nan empiris , mengatakan bahwa agama itu khas berurusan dengan kekuatan – kekuatan dari dunia luar yang dihuni oleh kekuatan – kekuatan  yang lebih tinggi dari kekuatan manusia dan yang dipercayai sebagai arwah roh – roh dan Roh Tertinggi yang ada.
Manusia mendayagunakan kekuatan – kekuatan di atas untuk kepentingan sendiri dan masyarakat sekitarnya . Yang dimaksud dengan kepentingan ( keselamatan ) adalah keselamatan di dalam dunia sekarang ini dan keselamatan di dunia lain yang dimasuki  manusia sesudah kematian.
J.Milton Yinger melihat agama sebagai system kepercayaan dan praktek dengan mana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga – jaga menghadapi masalah terakhir dari hidup ini. Batasan agama tersebut menekankan perhatiannya : pertama unsure teoritisnya , bahwa agama adalah suatu system kepercayaan , kedua unsur praktisnya , yaitu yang berupa sistem kaidah yang mengikat penganutnya , ketiga , aspek sosiologisnya : bahwa agama mempunyai sistem perhubungan dan interaksi sosial.
Pada hematnya jika salah satu unsur tidak terdapat maka orang tidak dapat berbicara tentang agama , tetapi itu hanya suatu kecenderungan religius

Light , Keller , dan Calhoub tidak memberikan difinisi melainkan memilih memusatkan perhatiannya pada unsur – unsur yang dijumpainya dalam agama , yaitu :
-    Kepercayaan Agama
Setiap agama mempunyai kepercayaan , misalnya percaya kepadaaa Allah SWT pada agama Islam , Percaya kepada Allah pada agama Katolik dan Protestan , percaya kepda yang Widhi Wasa pada agama Hindu Bali , percaya kepada Adhi Budha pada agama Budha.

-    Simbol Agama
Agama memiliki berbagai symbol yang dapat terlihat antara lain dari busana dalam beribadah.

-    Praktek Keagamaan
Setiap agama mengenal praktek keagamaan seperti shalat , kebaktian , meditasi , misa.

-    Pemeluk Agama
Setiap agama memiliki pemeluk ( umat ) Setiap pemeluk mengadakan pengelompokan sehingga menjadi suatu komunitas keagamaan menurut agama masing – masing.
-    Pengalaman Agama
Setiap pemeluk agama memiliki hubungan pribadi dengan Tuhan , menurut agamanya masing – masing. Misalnya pengalaman khusus yang disebut panggilan

LINGKUP  AGAMA
Berdasarkan pengamatan analisis atas kawasan agama sebagai obyek sosiologi ditemui tiga kawasan agama (1).Kawasan putih (2).Kawasan hijau dan (3).kawasan hitam ( gelap)
Kawasan Putih :
Adalah suatu kawasan dimana kebutuhan manusia yang hendak dicapai masih dapat dicapai dengan kekuatan manusia sendiri  , di kawasan ini manusia tidak perlu lari kepada kekuatan yang supra – empiris . Usaha manusia dapat berhasil dengan akal budinya dibantu oleh teknologinya.
Kawasan Hijau ;
Meliputi daerah usaha dimana manusia merasa aman dalam artian akhlak ( moral ) . Dalam kawasan ini tidak langkah manusia dengan sesamanya di atur oleh norma – norma rasional yang mendapat legitimasi (pengesahan) oleh agama. Misalnya dalam hal hidup kekeluargaan , perkawinan , warisan , pertukaran barang – barang , diatur oleh peraturan – peraturan manusia , yang dibenarkan oleh agama yang dipeluknya . Dengan adanya legitimasi dari agama ,lenyaplah rasa bimbang dan keraguan yang semula membayanginya.
Kawasan Gelap :
Meliputi daerah usaha dimana manusia secara radikal dan total mengalami kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan mutlak manusia sendiri . Apapun daya manusia di daerah ini ia menghadapi suatu titik putus ( breaking points ) yang tidak mungkin disambung lagi dengan kekuatan sendiri. Satu – satunya jalan keluar dari kesulitan ini , manusia mengadakan komunikasi dengan kekuatan yang ada di luar yang mengatasi segala kekuatan alam.
Kawasan ini disebut daerah gelap karena rasio manusia tidak sanggup menangkap hakekat ( substansi ) kekuatan Luar , karena DIA , itu di luar jangkauan pengalaman mausia . Untuk itu sejumlah ritual dibuat dan harus diataati orang yang hendak bertemu dengan DIA , dengan jalan itu manusia meyakinkan dirinya sanggup mengatasi problem manusiawi yang paling mendasar ; ketidakpastian , ketidakmampuan, dan kelangkaan . Hasil yang diperoleh dan dialami manusia dalam pertemuan dengan DIA  ialah rasa aman sentosa , mendapat kepastian dan jaminan.

FUNGSI  AGAMA  BAGI  MANUSIA DAN  MASYARAKATNYA
Memahami fungsi agama tidak dapat melepaskan diri dari tantangan – tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya . Tantangan – tantangan yang dihadapi manusia meliputi antara lain : ketidak pastian ketdakmampuan dan kelangkaan . Untuk mengatasi itu tidak ada pilihan lain kecuali melalui agama . Karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan yang definitive dalam menolong manusia . Manusia memberikan suatu fungsi kepada agama antara lain :

-    Fungsi Edukatif :
Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama , mencakup tugas mengajar dan bimbingan agama menyampaikan ajarannya dengan perantara petugas – petugasnya baik dalam upacara / perayaan keagamaan , khotbah , renungan / meditasi , pendalaman rohani ataupun yang diluar perayaan liturgis , guna melaksanakan tugas itu ditunjuk sejumlah fungsionaris seperti : syaman , dukun , kyai , pendeta , pedanda , imam , nabi

-    Fungsi Penyelamatan :
Setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati . Usaha untuk mencapai cita – cita tertringgi itu manusia temukan dalam agama . Terutama karena agama mengajarkan dan memberikan jaminan dengan cara – cara yang khas untuk mencapai kebahagiaan yang terakhir.

-    Fungsi Pengawasan Sosial :
Agama merasa ikut bertanggung jawab atas adanya norma – norma susila yang baik yang diberlakukan atas masyarakat manusia umumnya , agama menyeleksi kaidah – kaidah susila yang ada dan mengukuhkan yang baik sebagai kaidah yang baik dan menolak kaidah yang buruk untuk ditinggalkan sebagai larangan atau t. Agama memberiokan sangsi – sangsi yang harus dijatuhkan kepada orang yang melanggarnya dan mengadalkan pengawasan yang ketat atas pelaksanaannya. Agama melancarkan kritikan terhadap pemerintah apabila pemerintah telah nyata – nyata menimbulkan kerugian bagi kepentingan umum , atau jika harapan rakyat akan keadilan dan kedamaian praktis tidak mungkin dicapai lagi.

-    Fungsi Memupuk Persaudaraan :
Dalam agama Kristen sejarah mencatat adanya proses reintegrasi (persatuan kembali) melalui gerakan ekumene , kurangnya patut diketahui pula bahwa keinginan untuk bersatu ( hidup rukun dan damai ) tidak saja dengan saudara – saudara seiman , tetapi juga dengan golongan lain agama , kini mulai berkembang.

-    Fungsi Transormatif :
Kata transformative berasal dari kata latin transformare artinya merubah bentuk , jadi fungsi transformative yang dilakukan agama berarti mengubah bentuk kehidupan masyarakat lama dalam bentuk kehidupan baru , yang berarti pula mengganti nilai – nilai lama dengan menanamkan nilai – nilai baru.

Pengamatan analitis menyatakan bahwa kehidupan masyarakat lama dibentuk oleh nilai – nilai adat yang diwariskan dari angkatan sebelumnya yang berupa pola berfikir , merasa dan pola – pola kelakuan yang harus ditaati , nilai – nilai itu membentuk kepribadian atau identitas manusia serta masyarakatnya menurut tipologi adat yang  dianutnya. Apabila nilai – nilai social social di atas ditimbang dan dinilai menurut ukuran baru yang di pakai agama – agama baru ( modern / universal ) yang masuk dalam lingkungan masyarakat adat itu , ternyata hasilnya menunjukkan bahwa nilai – nilai social tersebut tidak semuanya bersifat manusiawi ( wajar ) sebagian dinyatakan bertentangan dengan kaidah – kaidah kemanusiaan yang wajar.

Maka transformasi berarti juga mengubah kesetiaan manusia adat kepada nilai – nilai adat yang kurang manusiawi dan membentuk kepribadian manusia yang ideal , bersamaan dengan itu transformasi berarti pula membina dan mengembangkan nilai – nilai social adat yang pada intinya baik dan dimanfaatkan untuk kepentingan yang lebih luas





Horton dan Hunt membedakan fungsi agama menjadi dua yaitu :
-    Fungsi Manifes , meliputi :
o    Doktrin :
Yaitu pola keyakinan yang menentukan hubungan vertical dan horizontal.
o    Ritual :
Yaitu aturan – aturan yang dipergunakan dalam pelaksanaan peribadatan agama

o    Seperangkat norma Perilaku yang konsisten dengan doktrin agamanya.

-    Fungsi Laten :
Fungsi laten agama menurut Durkhelin dapat meningkatkan integrasi masyarakat , baik pada tingkat mikro maupun makro. Pada tingkat mikro , fungsi laten agama adalah untuk menggerakkan dan membantu pemeluknya untuk hidup dengan melalui komunikasi dengan Tuhannya , umat beragama bukan saja mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang yang tidak beriman , melainkan juga menjadikan dirinya lebih kuat karena agama menggerakkan kita dan membantu kita untuk hidup.
Dari segi makro , agama juga menjalankan fungsi positif , karena agama dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan dan kesatuan. Dengan melalui kegiatan ritual keagamaan yang diselenggarakan secara bersama , kesatuan dan persatuan umat dapat dipupuk dan dibina.

Teori – Teori Terpenting Asal Mula dan Inti Religi :
Teori bahwa kelakuan manusia bersifat religi itu terjadi karena :
1.    Manusia mulai sadar akan adanya faham jiwa
2.    Manusia mengakui adanya banyak gejala yang tidak dapat diterangkan dengan akalnya.
3.    Dengan maksud untuk menghadapi krisis – krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusia.
4.    Kejadian – kejadian yang luar biasa dalam hidupnya dan dalam alam sekelilingnya.
5.    Suatu getaran atau emosi yang ditimbulkan dalam jiwa manusia sebagai akibat dari pengaruh rasa kesatuan sebagai warga masyarakatnya
6.    Manusia mendapat suatu firman dari Tuhan

Agama merupakan kekuatan yng membangkitkan :
-    Kesatuan  - Persatuan
-    Semangat hidup
-    Bertingkah laku yang baik berdasarkan moral ajaran agama
-    Tolong menolong dengan sesamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar